Sabtu, 29 Oktober 2011

My First experience in blogging

Keterpaksaan dalam belajar bagi saya merupakan sebuah motivasi yang luar biasa.
Dimana hampir setiap orang pasti tidak setuju dengan sebuah keterpaksaan.....namun itulah yang terjadi dan saya alami sendiri dalam hidup ini...
semua ini berawal latar belakang ortu saya yang nota bene adalah orang kampung yang hanya mengenyam pendidikan SR ( Sekolah Rakyat ). Pendidikan tinggi bukanlah hal utama bagi mereka....yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana anak- anak menyelesaikan sekolah agama yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Stanawiyah ( MTS ), dan Madrasah Aliyah ( MA ). Tidak ada satupun diantara saya dan empat saudara saya yang di sekolahkan di sekolah umum. Pemikiran mereka yang agak konvensional tentang pendidikan umum yang menurut mereka tidak akan membuat anak-anaknya dekat dengan agama terlebih mereka sangat tabu dengan bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah umum yang menurut mereka adalah bahasa orang kafir dan munafik. Akhirnya, demi menjadikan kami dekat dengan agama, saya dan kakak pertama saya di sekolahkan di ponpes. Kakak saya yang pertama setelah lulus Tsanawiyah di sekolahkan di sebuah Ponpes salafiyah yang berada di daerah Banten, sedangkan saya sendiri di sekolahkan di ponpes modern di daerah Bogor. Orang tua saya tidak mengira jika di ponpes modern selain bahasa Arab juga diajarkan bahasa Inggris yang menurut mereka "kafir atau munafik".
Setelah empat tahun belajar di ponpes modern Daarul Uluum Bogor, akhirnya saya pun lulus. Namun karena ketidak mampuan ortu saya untuk membiayai biaya kuliah saya, akhirnya saya dijodohkan dengan seorang pria yang baik dan menikah dengannya. Setelah menikah...terbersit keinginan saya untuk melanjutkan belajar di pendidikan tinggi. Atas anjuran suami tercinta untuk tidak mengambil pendidikan agama agar pengetahuan umum saya berkembang akhirnya saya mengambil fakultas dengan program pendidikan bahasa Inggris untuk saya tekuni.Saya menyetujuinya dan berusaha untuk mempelajarinya. Tentu saja setelah saya memberitahukan hal ini kepada ortu saya mereka agak sedikit kaget dan bertanya, mengapa saya mengambil jurusan bahasa Inggris yang mereka tidak suka apalagi setelah lulus S1 bahasa Inggris, saya menjadi guru bahasa inggris di sekolah dasar. Hal ini saya maklumi mungkin mereka merasa putus harapan untuk menjadikan saya seorang ustadzah, mubalighah atau guru agama yang mereka banggakan.

Walau begitu sebenarnya saya bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka....I love my baba n ema......saya terpaksa mengabaikan keinginan kalian tuk menjadi seorang ustadzah.....namun walau saya tidak menjadi apa yang kalian harapkan, setidaknya saya juga dapat menjadi guru yang ikhlas memberikan ilmu kepada orang lain...dan semboyan " balliguu 'annii walau ayah"...telah saya laksanakan......